Pertama,
sebelum islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW datang, telah tumbuh
kebudayaan dan peradaban di berbagai wilayah di dunia ini, yaitu di Yunani,
Persia, Cina, dan India. Sebagian besar kebudayaan dan peradaban yang terdapat
di berbagai Negara tersebut sedang merosot yang disebabkan oleh pertentangan
politik, kekuasaan yang otoriter, keadaan moral dan ekonomi yang merosot.
Kedua,
Islam yang dibawaa oleh Nabi Muhammad SAW selain mengajarkan hidup yang
seimbang antara dunia akhirat, ilmu agama, dan ilmu umum, serta bersikap
terbuka dan toleran, juga mengemban misi memberikan hidayah, pencerahan, dan
perbaikan kehidupan umat manusia dari kehidupan yang sesat (dhalal), keras
kepala (jahiliah), pertentangan dan perpecahan. Menjadi kehidupan yang lurus, cerdas
dan bersaudara. Sifat dan misi ajaran Islam yang demikian itu, dari satu sisi
menempatkan Islam sebagai agama yang terbuka untuk menerima berbagai pengaruh
kebudayaan dan peradaban dari luar, dan dari sisi lain mendorong Islam untuk
ikut serta menyelamatkan kehidupan manusia dari kesesatan dan kehancuran.
Ketiga,
dari berbagai sumber sejarah yang ada yang dapat dihimpun, diketahui bahwa
islam banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dan peradaban dari Yunani, Persia dan
Cina. Adapun pengaruh kebudayaan dan peradaban dari India terhadap Islam tidak
terdapat sumber sejarah yang menjelaskannya. Islam lebih banyak memberikan
pengaruh terhadap kebudayaan dan peradaban India, dan bukan sebaliknya.
Keempat,
masuknya berbagai pengaruh kebudayaan dan peradaban dari luar ke dalam Islam,
atau sebaliknya pengaruh ajaran Islam terhadap kebudayaan dan peradaban dari
luar, banyak dilakukan melalui kegiatan perdagangan, pendidikan, dakwah,
pernikahan, kesenian, dan kebudayaan itu.
Seperti yang telah kita ketahui, Negeri arab
terletak di sebelah barat daya Asia, dan merupakan semenanjung yang di
kelilingi laut dari tiga jurusan; Laut Merah, Lautan Hindia, dan Teluk Persia.
Negeri-negeri Arabia pada umumnya terdiri dari padang pasir (sahara), tetapi
tidak semuanya [1]tandus,
ada pula yang subur.Dalam segi Sosial, terdapat beberapa segi baik dan ada pula
yang buruk. Segi-segi yang baik, misalnya setia kepada kawan dan setia kepada
janji, dan lain-lain. Segi-segi yang buruk, misalnya merendahkan derajat
wanita, suka bermusuhan lantaran masalah sepele.
Negeri
Arab sebagai lalu lintas perdagangan penting terutama Mekah yang merupakan
pusat perdagangan di Jazirah Arab, baik karena meluasnya pengaruh
perdagangannya ke Persia dan Bizantium di sebelah selatan dan Yaman di sebelah
utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang merupakan yang terpenting di
Jazirah Arab karena begitu banyaknya, yaitu Ukāẓ, Majnah, dan Dzū al-Majāz yang
menjadikannya kaya dan tempat bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah
merupakan pusat peradaban kecil. Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan
kemunduran seperti ilustrasi para sejarahwan, tetapi ia merupakan masa-masa
peradaban tinggi. Kebudayaan sebelah utara sudah ada sejak seribu tahun sebelum
masehi. Masyarakat pada zaman Jahiliyah tidak memiliki pemerintahan seperti
sekarang. Mereka hanya memiliki pimpinan yang mengurus berbagai hal dalam
keadaan perang dan damai. Dan Agama yang dianut oleh kalangan bangsa arab pra
islam adalah Paganisme, Yahudi, dan Kristen.
Penjelasan
di atas mengisyaratkan bahwa cara hidup orang Arab pra-Islam terbagi menjadi
dua. Pertama, masyarakat madani yang bertani dan berdagang. Kedua, bersatu
dalam kebiasaan-kebiasaan kabilah-kabilah.
Menjelang kedatangan Islam di tengah bangsa Arab
Jahiliyah ada sekelompok kecil yang masih mencari agama hanifiyah yang disebut
sebagai hunafa’ yang menyebar luas di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yatsrib, Thaif
dan Mekkah. Diantara mereka adalah Rahib Abu amir, Umayah bin Abi al-Salt, Zayd
bin’Amr bin Nufayl, Waraqah bin Naufal, ‘ubaydullah bin Jahsh, Ka’ab bin Lu’ay,
‘Abd al-Muthalib, ‘As’ad Abu Karb al-Hamiri, Zuhayr bin Abu Salma, ‘Uthman bin
al-Huwayrith.
Kebiasaan dan kebudayaan masyarakat jahiliyah yang
seperti apa pada masa itu?, Arab jahiliyah sering diartikan sebagai arab
baduwi(Arab Utara) yang hidup nomaden. Hidup berpindah-pindah yang dilakukan
mereka di latar belakangi oleh daerah jazirah Arab yang terkenal gersang dan
tandus sehingga memaksa mereka untuk mencari padang rumput demi bertahan hidup.
Gaya hidup seperti ini membentuk watak negatif antara
lain: keras, sulit bersatu dengan kabilah lain dan chauvenis. Mereka juga suka
berperang dikarenakan wilayah yang terbatas sementara anggota kabilah yang
bertambah, maka siapa yang kuat dialah yang berhak hidup dan dipertuan. Bangsa
Arab terkenal kejam dengan membunuh bayi-bayi perempuan yang baru dilahirkan
atau biasa disebut Wa’du al-Banat(lihat Q.S An Nahl: 56-59) dan mengamalkan
tradisi nikah al-Istibdha’.
Hudzaifah salah seorang sahabat Nabi pernah bertanya:”
Wahai Rasulullah kita pernah merasakan hidup di zaman jahiliyah yang penuh
keburukan, kemudian Allah mengganti masa ini dengan kebaikan datangnya Islam,
Apakah setelah ini akan datang kembali keburukan-keburukan itu(perilaku
jahiliyah)?”. Rasulullah SAW menjawab:” ya, masa itu akan datang kembali lagi”.
Perkataan Nabi tersebut sepertinya sudah terlihat dalam
fakta dan pemberitaan yang dimasyarakat yakni merajalelanya praktik-praktik
kejahiliyahan di dunia ini, bahkan tingkat kejahiliyahannya memiliki arti yang
lebih luas seiring dengan perkembangan globalisasi, mobilisasi dan zaman serba
berteknologi, sehingga bisa disebut ”kejahiliyahan digital” yakni setiap orang
dapat melakukan tindakan amoral tanpa secara langsung menyakiti jasad orang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar