Sabtu, 26 Desember 2015

Pengaruh Kebudayaan Pra-Islam Terhadap Pendidikan Islam

Pertama, sebelum islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW datang, telah tumbuh kebudayaan dan peradaban di berbagai wilayah di dunia ini, yaitu di Yunani, Persia, Cina, dan India. Sebagian besar kebudayaan dan peradaban yang terdapat di berbagai Negara tersebut sedang merosot yang disebabkan oleh pertentangan politik, kekuasaan yang otoriter, keadaan moral dan ekonomi yang merosot.
Kedua, Islam yang dibawaa oleh Nabi Muhammad SAW selain mengajarkan hidup yang seimbang antara dunia akhirat, ilmu agama, dan ilmu umum, serta bersikap terbuka dan toleran, juga mengemban misi memberikan hidayah, pencerahan, dan perbaikan kehidupan umat manusia dari kehidupan yang sesat (dhalal), keras kepala (jahiliah), pertentangan dan perpecahan. Menjadi kehidupan yang lurus, cerdas dan bersaudara. Sifat dan misi ajaran Islam yang demikian itu, dari satu sisi menempatkan Islam sebagai agama yang terbuka untuk menerima berbagai pengaruh kebudayaan dan peradaban dari luar, dan dari sisi lain mendorong Islam untuk ikut serta menyelamatkan kehidupan manusia dari kesesatan dan kehancuran.
Ketiga, dari berbagai sumber sejarah yang ada yang dapat dihimpun, diketahui bahwa islam banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dan peradaban dari Yunani, Persia dan Cina. Adapun pengaruh kebudayaan dan peradaban dari India terhadap Islam tidak terdapat sumber sejarah yang menjelaskannya. Islam lebih banyak memberikan pengaruh terhadap kebudayaan dan peradaban India, dan bukan sebaliknya.
Keempat, masuknya berbagai pengaruh kebudayaan dan peradaban dari luar ke dalam Islam, atau sebaliknya pengaruh ajaran Islam terhadap kebudayaan dan peradaban dari luar, banyak dilakukan melalui kegiatan perdagangan, pendidikan, dakwah, pernikahan, kesenian, dan kebudayaan itu.
 Seperti yang telah kita ketahui, Negeri arab terletak di sebelah barat daya Asia, dan merupakan semenanjung yang di kelilingi laut dari tiga jurusan; Laut Merah, Lautan Hindia, dan Teluk Persia. Negeri-negeri Arabia pada umumnya terdiri dari padang pasir (sahara), tetapi tidak semuanya [1]tandus, ada pula yang subur.Dalam segi Sosial, terdapat beberapa segi baik dan ada pula yang buruk. Segi-segi yang baik, misalnya setia kepada kawan dan setia kepada janji, dan lain-lain. Segi-segi yang buruk, misalnya merendahkan derajat wanita, suka bermusuhan lantaran masalah sepele.
Negeri Arab sebagai lalu lintas perdagangan penting terutama Mekah yang merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, baik karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke Persia dan Bizantium di sebelah selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang merupakan yang terpenting di Jazirah Arab karena begitu banyaknya, yaitu Ukāẓ, Majnah, dan Dzū al-Majāz yang menjadikannya kaya dan tempat bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah merupakan pusat peradaban kecil. Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan kemunduran seperti ilustrasi para sejarahwan, tetapi ia merupakan masa-masa peradaban tinggi. Kebudayaan sebelah utara sudah ada sejak seribu tahun sebelum masehi. Masyarakat pada zaman Jahiliyah tidak memiliki pemerintahan seperti sekarang. Mereka hanya memiliki pimpinan yang mengurus berbagai hal dalam keadaan perang dan damai. Dan Agama yang dianut oleh kalangan bangsa arab pra islam adalah Paganisme, Yahudi, dan Kristen.
Penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa cara hidup orang Arab pra-Islam terbagi menjadi dua. Pertama, masyarakat madani yang bertani dan berdagang. Kedua, bersatu dalam kebiasaan-kebiasaan kabilah-kabilah.
Menjelang kedatangan Islam di tengah bangsa Arab Jahiliyah ada sekelompok kecil yang masih mencari agama hanifiyah yang disebut sebagai hunafa’ yang menyebar luas di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yatsrib, Thaif dan Mekkah. Diantara mereka adalah Rahib Abu amir, Umayah bin Abi al-Salt, Zayd bin’Amr bin Nufayl, Waraqah bin Naufal, ‘ubaydullah bin Jahsh, Ka’ab bin Lu’ay, ‘Abd al-Muthalib, ‘As’ad Abu Karb al-Hamiri, Zuhayr bin Abu Salma, ‘Uthman bin al-Huwayrith.
Kebiasaan dan kebudayaan masyarakat jahiliyah yang seperti apa pada masa itu?, Arab jahiliyah sering diartikan sebagai arab baduwi(Arab Utara) yang hidup nomaden. Hidup berpindah-pindah yang dilakukan mereka di latar belakangi oleh daerah jazirah Arab yang terkenal gersang dan tandus sehingga memaksa mereka untuk mencari padang rumput demi bertahan hidup.
Gaya hidup seperti ini membentuk watak negatif antara lain: keras, sulit bersatu dengan kabilah lain dan chauvenis. Mereka juga suka berperang dikarenakan wilayah yang terbatas sementara anggota kabilah yang bertambah, maka siapa yang kuat dialah yang berhak hidup dan dipertuan. Bangsa Arab terkenal kejam dengan membunuh bayi-bayi perempuan yang baru dilahirkan atau biasa disebut Wa’du al-Banat(lihat Q.S An Nahl: 56-59) dan mengamalkan tradisi nikah al-Istibdha’.
Hudzaifah salah seorang sahabat Nabi pernah bertanya:” Wahai Rasulullah kita pernah merasakan hidup di zaman jahiliyah yang penuh keburukan, kemudian Allah mengganti masa ini dengan kebaikan datangnya Islam, Apakah setelah ini akan datang kembali keburukan-keburukan itu(perilaku jahiliyah)?”. Rasulullah SAW menjawab:” ya, masa itu akan datang kembali lagi”.
Perkataan Nabi tersebut sepertinya sudah terlihat dalam fakta dan pemberitaan yang dimasyarakat yakni merajalelanya praktik-praktik kejahiliyahan di dunia ini, bahkan tingkat kejahiliyahannya memiliki arti yang lebih luas seiring dengan perkembangan globalisasi, mobilisasi dan zaman serba berteknologi, sehingga bisa disebut ”kejahiliyahan digital” yakni setiap orang dapat melakukan tindakan amoral tanpa secara langsung menyakiti jasad orang lain.




[1][1] [Type the company name]
 Lihat Ahmad Amin, Op, cit., hlm. 170.
Lihat Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiah, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1994), cet. II, hlm. 15

[2] [Type the company name]
[Type the company name]
Lihat Komisi Nasional Mesir untuk UNESCO, Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan, (terj.) Ahmad Tafsir, dari judul asli Islamic and Arab Contribution to the European Renaissance, (Bandung : Pustaka, 1406 H/1986 M), hlm.165
Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta : UI Press, 1979), hlm.46[2]

Discussion Text

Should Children be Allowed to Use Computers and the Internet?

The computer is a useful machine and nowadays it is important to many people. Children especially love to use the computer and they are spending more and more time on it. They get many benefits from the computer but it can also be dangerous for them.

On one hand, children learn a lot of things from computers and the Internet. They learn about people in different countries, they play games that help them learn to read and write and they get information for school projects. They can read stories on the computer and save information. The Internet connects them to other people. When a child is bored he can go on the computer. Computers make children smart.

On the other hand, the computer can have a negative effect on children. They may see bad things, like videos and chat rooms that are meant for older people. This can cause the children to have bad behaviour and to hate school. It takes up a lot of free-time and it keeps them from homework and they no longer want to pray and read the Quran and sit with their families. Also, sitting at the computer for a long time is harmful to the eyes, making them red and harming the sight.


In conclusion, there are both good and bad things about computers and the Internet. Parents should take good care when their children are using the Internet. They should supervise their children to make sure they do not go to bad web sites. I think it is good if children use it for a short time, so parents should not let the children sit at the computer for too long. They should teach their children to use the computer in a good way. I advise people to use computers well so that they will give us a great country and a great world.